Senin, 30 Mei 2011

Realita.... Demi Sekolah Mempertaruhkan Nyawa

alt=Realita_Sekitar_Kita
Realita Sekitar Kita : Demi Sekolah Mempertaruhkan Nyawa
alt=Realita_Sekitar_Kita
Realita Sekitar Kita : Demi Sekolah Mempertaruhkan Nyawa
Inilah Realita Sekitar Kita yang sangat memilukan......


Seperti yang dituturkan oleh detikNews berikut ini:
Anak sekolah yang bersandal jepit dan bersusah payah ke sekolah masih banyak terjadi di pelosok Indonesia. Tak usah jauh-jauh menengok ke luar Jawa.

Di desa yang letaknya sekitar 100 km dari Jakarta, pemandangan itu juga masih ada. Lihatlah foto dari kantor berita Antara yang diterbitkan Majalah Berita Mingguan (MBM) Tempo pada Senin (16/5/2011) ini.

Caption dari foto yang membuat miris itu: 'JEMBATAN KAWAT BAJA' Para siswa kelas enam SD Negeri Cicaringin 3 ini bukan sedang melakukan kegiatan outbond. Ketiadaan jembatan memaksa mereka meniti kawat baja menyeberangi Sungai Ciliman saat akan mengikuti ujian nasional di Desa Cicaringin, Banten, Senin, 9 Mei.

Dalam foto itu tampak sekitar 8 bocah berseragam SD, ada yang memakai baju olahraga, semuanya bersandal jepit. Mereka dengan berhati-hati memegangi kawat baja yang melintang pukang di atas Sungai Ciliman selebar sekitar 40 meter. Ketinggian jembatan kawat baja dari atas sungai sekitar 5 meter.

Dari penelusuran, jembatan itu adalah jembatan gantung bernama Leuwi Lember, yang putus sekitar bulan Maret 2011 lalu. Entah apakah wakil rakyat setempat dan pemerintah yang menaungi rakyat di Desa Cicaringin itu mengetahui kondisi jembatan gantung yang membahayakan itu. Namun hingga Mei 2011, jembatan itu belum kunjung diperbaiki.

Dari Desa Cicaringin, kita lompat ke Senayan. Wakil rakyat berpolemik dengan rakyat yang diwakilinya mengenai gedung baru DPR yang awalnya menelan dana Rp 1,1 triliun, dengan 36 lantai, bahkan rencananya plus kolam renang dan tempat gym untuk kebugaran.

Dalam situs ini, http://www.dpr.go.id/id/sosialisasi-gedung/kronologi, DPR pun menjelaskan kronologi gedung baru yang akan dibangun. Dijelaskan setiap periode jumlah anggota Dewan bertambah. Gedung Nusantara I pun tidak dapat menampung aktivitas anggota DPR RI.

"Saat ini tiap anggota DPR RI di Gedung Nusantara I menempati ruang seluas ± 32 m2, diisi 1 anggota, 1 sekretaris, dan 2 staf ahli. Kondisi ini dianggap tidak optimal untuk kinerja dewan," demikian penjelasan DPR.
alt=Realita_Sekitar_Kita
Realita Sekitar Kita : Demi Sekolah Mempertaruhkan Nyawa

Badan Urusan Rumah Tangga (BURT) menyusun TOR Grand Design Kawasan DPR, dan pada tahun 2009 Setjen DPR melakukan lelang Masterplan Kompleks DPR. Berdasarkan kebutuhan baru tersebut, perhitungan untuk ruang masing-masing anggota menjadi 7 orang, meliputi 1 anggota dewan, 5 staf ahli, dan 1 asisten pribadi dengan ruang seluas ± 120 m2. Perhitungan luas total bangunan ± 161.000 m2 (36 lt).

Kritik pun datang bertubi-tubi dari rakyat. Nilai pembangunan gedung baru itu terlalu mahal dibandingkan kinerja DPR. Pada Program Legislatif Nasional (Prolegnas) 2010 lalu, DPR yang mentargetkan menyelesaikan 70 RUU, realisasinya hanya 8 RUU.

Belum lagi, kunjungan-kunjungan ke luar negeri yang sering dianggap tidak jelas agendanya. Kemudian besarnya gaji dan tunjangan bagi anggota DPR. Gaji pokok anggota DPR sebesar Rp 4.200.000, ini berlaku untuk semua posisi di DPR. Namun total pendapatan mereka bervariasi, bisa di atas Rp 50 juta.
alt=Realita_Sekitar_Kita
Realita Sekitar Kita : Demi Sekolah Mempertaruhkan  Nyawa

Anggota DPR malu-malu tapi mau mendukung pembangunan gedung ini. Usai rapat konsultasi pada Kamis (7/4) silam, Wakil Ketua DPR Anis Matta menyatakan hanya Fraksi PAN dan Gerindra yang menolak rencana pembangunan gedung baru DPR. Dia menyatakan, 7 fraksi lainnya menyatakan setuju. Padahal sebelumnya, setelah banjir kecaman, hanya dua fraksi yang konsisten setuju yaitu PD dan Golkar, sedangkan lainnya menyarankan evaluasi ulang atau penundaan.

Anggota Fraksi Partai Gerindra walkout dari sidang paripurna DPR. Gerindra menegaskan tetap menolak pembangunan gedung baru DPR. Sekitar 26 anggota Gerindra kompak meninggalkan ruang sidang di Gedung DPR, Senayan, Jakarta, Jumat (8/4).

Hingga akhirnya, Kementerian Pekerjaan Umum (PU) mengevaluasi kembali pembangunan gedung baru itu. Hasilnya, dari yang tadinya 36 lantai, dipangkas menjadi 26 lantai. Dananya, dari yang tadinya Rp 1,1 triliun turun menjadi Rp 777 miliar. Namun dana pembangunan ini juga masih dinilai terlalu tinggi

Ah, andai wakil rakyat yang terhormat itu sudi menengok anak-anak sekolah yang rela merambat jembatan kawat di Desa Cicaringin, Banten...






(Sumber : detikNews dan media online lainnya)