Selasa, 07 Juni 2011

Kisah Tragis Mbah Giyem

Posting kali ini adalah tentang Kisah Tragis Mbah Giyem, kisah  tentang Mbah Giyem adalah Realita Sekitar Kita… Siapakah Mbah Giyem??  Kenapa harus berkisah tentang Mbah Giyem???
Realita_Sekitar_Kita
Mbah Giyem dan Putranya / foto dari Liputan6.com


Mbah Giyem (75 th), warga ‘Kampung Idiot' RT. 04, RW. 05, Dukuh Gupak Warah, Desa Krebet, Kecamatan Jambon, Ponorogo. yang harus hidup di tengah himpitan ekonomi yang sangat memprihatinkan terus berjuang untuk menghidupi dua anaknya yang mengalami kelainan mental sejak lahir. .Mbah Giyem harus berjuang seorang diri untuk menghidupi dirinya dan kedua anaknya yang menderita keterbelakangan mental tersebut.. bahkan salah satu anaknya sudah sekitar 20 tahun berada dalam pasungan.

Sungguh berat beban Mbah Giyem, untuk bertahan hidup dia harus pergi ke hutan jati seorang diri untuk mengumpulkan daun jati kering yang kemudian dia jual.. terkadang dia mengumpulkan sisa-sisa batang jagung kering untuk digunakan sebagai bahan bakar atau untuk ditukar dengan makanan…

Bayangkan berapa uang yang dia peroleh dari hasil kerja kerasnya??? Mungkin hanya beberapa lembar ribuan uang yang dia peroleh… Bahkan terkadang dia tidak berhasil mengumpulkan daun jati atau batang jagung kering untuk dijual.. Padahal Mbah Giyem harus makan.. padahal kedua anaknya juga harus makan… Buat Mbah Giyem dan kedua anaknya nasi mungkin adalah barang mewah yang tidak bisa diperoleh tiap hari…

Sungguh  memilukan keadaan Mbah Giyem…  Padahal negeri ini terkenal sebagai negeri yang makmur.. banyak orang kayanya… Kemana mereka yang menjanjikan kehidupan yang lebih baik untuk  warga Negara ini???  Kemana mereka semua??? Sibuk mempertahankan kekuasaan???  Atau yang lebih parah sibuk memperkaya diri sendiri… Cobalah buka mata hati Anda… Mbah Giyem dan “Mbah Giyem-Mbah Giyem lainnya” membutuhkan Anda..

Jumat, 03 Juni 2011

Selamatkan Arema Indonesia!

Sebagai penggemar sepakbola Indonesia, walaupun bukan fans Arema saya sangat sedih dan hampir tak percaya membaca berita bahwa Arema Indonesia terancam bubar. Bagaimana mungkin klub sebesar Arema Indonesia bisa mengalami hal buruk seperti ini? Pemain beberapa bulan belum digaji... Hutang di sana-sini.. dan problem lain-lainnya.


Namun inilah Realita yang terjadi di Sekitar Kita... Inilah wajah persepakbolaan Indonesia.. Dimana professionalisme baru sebatas angan-angan.

Dalam bayangan saya klub sebesar Arema dengan begitu banyaknya supporter fanatik tidaklah susah mendapatkan pemasukkan untuk operasional klub. Lihatlah setiap kali Arema Indonesia main di Malang.. Stadion hampir selalu penuh oleh pendukung fanatiknya. Idealnya akan banyak sponsor yang berminat bekerja dengan Arema Indonesia. Tapi entah mengapa hal ini tidak terjadi dengan Arema Indonesia.

Selain hal di atas, Arema Indonesia adalah klub dengan prestasi yang bagus, sebagai juara bertahan prestasi Arema Tahun ini pun tidaklah jelek.. Di kompetisi tahun ini Arema Indonesia masih bertahan di papan atas. Harusnya hal ini pun menjadi daya tarik Arema Indonesia untuk para sponsor. Kenyataannya???

Terus terang saya tidak tahu bagaimana manajemen Arema Indonesia mengelola klub, tapi fakta yang terjadi sudah cukup untuk membuktikan bahwa mereka tidak professional untuk mengurus klub sebesar Arema Indonesia.

Demi kemajuan Arema Indonesia khususnya dan sepakbola Indonesia umumnya, rasanya sangat pantas untuk menuntut para pengurus Arema Indonesia untuk mundur seperti yang sekarang diharapkan berbagai pihak.

Ayo selamatkan Arema Indonesia!

Senin, 30 Mei 2011

Realita.... Demi Sekolah Mempertaruhkan Nyawa

alt=Realita_Sekitar_Kita
Realita Sekitar Kita : Demi Sekolah Mempertaruhkan Nyawa
alt=Realita_Sekitar_Kita
Realita Sekitar Kita : Demi Sekolah Mempertaruhkan Nyawa
Inilah Realita Sekitar Kita yang sangat memilukan......


Seperti yang dituturkan oleh detikNews berikut ini:
Anak sekolah yang bersandal jepit dan bersusah payah ke sekolah masih banyak terjadi di pelosok Indonesia. Tak usah jauh-jauh menengok ke luar Jawa.

Di desa yang letaknya sekitar 100 km dari Jakarta, pemandangan itu juga masih ada. Lihatlah foto dari kantor berita Antara yang diterbitkan Majalah Berita Mingguan (MBM) Tempo pada Senin (16/5/2011) ini.

Caption dari foto yang membuat miris itu: 'JEMBATAN KAWAT BAJA' Para siswa kelas enam SD Negeri Cicaringin 3 ini bukan sedang melakukan kegiatan outbond. Ketiadaan jembatan memaksa mereka meniti kawat baja menyeberangi Sungai Ciliman saat akan mengikuti ujian nasional di Desa Cicaringin, Banten, Senin, 9 Mei.

Dalam foto itu tampak sekitar 8 bocah berseragam SD, ada yang memakai baju olahraga, semuanya bersandal jepit. Mereka dengan berhati-hati memegangi kawat baja yang melintang pukang di atas Sungai Ciliman selebar sekitar 40 meter. Ketinggian jembatan kawat baja dari atas sungai sekitar 5 meter.

Dari penelusuran, jembatan itu adalah jembatan gantung bernama Leuwi Lember, yang putus sekitar bulan Maret 2011 lalu. Entah apakah wakil rakyat setempat dan pemerintah yang menaungi rakyat di Desa Cicaringin itu mengetahui kondisi jembatan gantung yang membahayakan itu. Namun hingga Mei 2011, jembatan itu belum kunjung diperbaiki.

Dari Desa Cicaringin, kita lompat ke Senayan. Wakil rakyat berpolemik dengan rakyat yang diwakilinya mengenai gedung baru DPR yang awalnya menelan dana Rp 1,1 triliun, dengan 36 lantai, bahkan rencananya plus kolam renang dan tempat gym untuk kebugaran.

Dalam situs ini, http://www.dpr.go.id/id/sosialisasi-gedung/kronologi, DPR pun menjelaskan kronologi gedung baru yang akan dibangun. Dijelaskan setiap periode jumlah anggota Dewan bertambah. Gedung Nusantara I pun tidak dapat menampung aktivitas anggota DPR RI.

"Saat ini tiap anggota DPR RI di Gedung Nusantara I menempati ruang seluas ± 32 m2, diisi 1 anggota, 1 sekretaris, dan 2 staf ahli. Kondisi ini dianggap tidak optimal untuk kinerja dewan," demikian penjelasan DPR.
alt=Realita_Sekitar_Kita
Realita Sekitar Kita : Demi Sekolah Mempertaruhkan Nyawa

Badan Urusan Rumah Tangga (BURT) menyusun TOR Grand Design Kawasan DPR, dan pada tahun 2009 Setjen DPR melakukan lelang Masterplan Kompleks DPR. Berdasarkan kebutuhan baru tersebut, perhitungan untuk ruang masing-masing anggota menjadi 7 orang, meliputi 1 anggota dewan, 5 staf ahli, dan 1 asisten pribadi dengan ruang seluas ± 120 m2. Perhitungan luas total bangunan ± 161.000 m2 (36 lt).

Kritik pun datang bertubi-tubi dari rakyat. Nilai pembangunan gedung baru itu terlalu mahal dibandingkan kinerja DPR. Pada Program Legislatif Nasional (Prolegnas) 2010 lalu, DPR yang mentargetkan menyelesaikan 70 RUU, realisasinya hanya 8 RUU.

Belum lagi, kunjungan-kunjungan ke luar negeri yang sering dianggap tidak jelas agendanya. Kemudian besarnya gaji dan tunjangan bagi anggota DPR. Gaji pokok anggota DPR sebesar Rp 4.200.000, ini berlaku untuk semua posisi di DPR. Namun total pendapatan mereka bervariasi, bisa di atas Rp 50 juta.
alt=Realita_Sekitar_Kita
Realita Sekitar Kita : Demi Sekolah Mempertaruhkan  Nyawa

Anggota DPR malu-malu tapi mau mendukung pembangunan gedung ini. Usai rapat konsultasi pada Kamis (7/4) silam, Wakil Ketua DPR Anis Matta menyatakan hanya Fraksi PAN dan Gerindra yang menolak rencana pembangunan gedung baru DPR. Dia menyatakan, 7 fraksi lainnya menyatakan setuju. Padahal sebelumnya, setelah banjir kecaman, hanya dua fraksi yang konsisten setuju yaitu PD dan Golkar, sedangkan lainnya menyarankan evaluasi ulang atau penundaan.

Anggota Fraksi Partai Gerindra walkout dari sidang paripurna DPR. Gerindra menegaskan tetap menolak pembangunan gedung baru DPR. Sekitar 26 anggota Gerindra kompak meninggalkan ruang sidang di Gedung DPR, Senayan, Jakarta, Jumat (8/4).

Hingga akhirnya, Kementerian Pekerjaan Umum (PU) mengevaluasi kembali pembangunan gedung baru itu. Hasilnya, dari yang tadinya 36 lantai, dipangkas menjadi 26 lantai. Dananya, dari yang tadinya Rp 1,1 triliun turun menjadi Rp 777 miliar. Namun dana pembangunan ini juga masih dinilai terlalu tinggi

Ah, andai wakil rakyat yang terhormat itu sudi menengok anak-anak sekolah yang rela merambat jembatan kawat di Desa Cicaringin, Banten...






(Sumber : detikNews dan media online lainnya)